ISU - ISU SASTRA MUTAKHIR
Oleh:
Kelompok 6
1.
Octavia Dwi Anggraini (201810080311102)
2.
Ahmad Fadil (201810080311059)
Dosen Pembimbing : Joko Widodo
Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang
Tahun Ajaran
2020-2021
Kata Pengantar
Alhamdulillah,
senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini
masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi
kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas
penulisan makalah tentang “Tugas Keterampilan Sastra Reseptif”.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu
kita haturkan untuk junjungan nabi gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang
telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah
pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan
merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Adapun penulisan makalah ini merupakan
bentuk dari pemenuhan beberapa tugas mata kuliah Keterampilan Sastra Reseptif.
Pada makalah ini akan dibahas tentang makalah “Isu - Isu Sastra Mutakhir”
Kami ucapkan terimakasih yang
sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami
selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini. Penulis
juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca..
Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati,
kami meminta kesediaan pembaca untuk memberikan kritik serta saran yang
membangun mengenai penulisan makalah kami ini, untuk kemudian kami akan
merevisi kembali pembuatan makalah ini di waktu berikutnya.
Penulis
Kelompok
6
Daftar Isi
Halaman Utama……………………………………………. i
Kata Pengantar…………………………………………….. ii
Daftar Isi…………………………………………………… iii
BAB I Pendahuluan………………………………………. I
a. Latar Belakang………………………………………. 1
b. Rumusan Masalah…………………………………… 1
c. Tujuan Penulisan…………………………………….. 1
BAB II Pembahasan………………………………………… II
a) sastra
mutakhir………………………………………………………. 2
b) Ciri-
ciri cerpen mutakhir...…………………………………………..
2
c) Fiksi
mutakhir dan leterer……………………………………………. 3
d)
novel Indonesia Mutakhir…………………………………………. 3
e)
Ciri- ciri Puisi 70-an………………………………………………. 3-4
f) Karya Sastra dari Pengarang
wanita……………………………….. 5-6
- Pengertian dan permasalahan tentang
Karya sastra dari Pengarang
Wanita ……………………………………………………………….. 6-7
BAB
III Penutup………………………………………………………… III
Kesimpulan……………………………………………………………
7
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam perjalanan sejarah kesusastraan di Indonesia saat ini, kita
mengenal adanya sejumlah penyebutan tentang pergolongan, periodesasi atau
disebut juga angkatan. Penyebutan itu tentu saja tidak serta - merta muncul
begitu saja. Akan selalu ada usaha untuk merumuskan semangat yang dimana
mendasari karya - karya yang sudah muncul dan sejalan dengan semangat pada
zamannya. Sejak tahun 1968, terutama paroh berada pertama tahun 1970-an, dan
bermunculan karya sastra yang dimana memperlihatkan semangat kebebasan
berkreasi. Pada masa itu dimana berbagai karya eksperimental seperti memperoleh
lahan yang subur dan momentum yang baik saat ini. Karya - karya eksperimental
itu sudah mencakupi semua ragam sastra yaitu ( puisi, novel, cerpen dan drama).
Maka dari itu, diantara karya - karyanya yang konvensial yang terbit pada tahun
1970- anm tidak sedikit pula yang dimana memperlihatkan semangat kebebasan itu
yang diejawatahkan dalam bentuk karya - karya eksperimental. Pada tahun 1970-an
yang dimana pada tahun itu justru makin memperlihatkan kematangannya. Jika
disederhanakan lagi sastrawan tahun 1970-an, berdasarkan karya- karyanya yang
daoat dihasilkan dan dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam tahun karyanya.
Pertama, mereka termasuk angkatan 66 yang telah berkarya pada dasawarsa tahun
1960-an, bahkan sudah sejak dasawarsa tahun 1950-an sudah mulai matang pada
tahun 1970-an.
B. Rumusan
Masalah
g)
Apa saja yang termasuk pada sastra mutakhir ?
h)
Apa saja yang termasuk Ciri- ciri cerpen
mutakhir?
i)
Apa yang dimaksud Fiksi mutakhir dan leterer?
j)
Apa saja yang termasuk novel Indonesia
Mutakhir ?
k)
Apa saja yang termasuk Ciri- ciri Puisi 70-an
?
C. Tujuan
Penulisan
a)
. Agar pembaca bisa
mengetahui tentang jenis- jenis sastra Mutakhir dan Ciri ciri dari sastra
mutakhir tersebut.
b)
. Agar pembaca dapat
mengetahui tentang pengarang wanita angkatan 70-an
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Karya Sastra Mutakhir
Pada
angkatan 70-an tumbuh dengan subur penulis dan buah penanya dibidang puisi dan
drama. Motif dasar pergeseran dari moderen ke mutakhir adalah perubahan
dibidang wawasan, alur, gaya bahasa, penafsiran, tentang latar, serta bidang
material dan sosial. Sebelum massa mutakhir selalu didukung oleh paham realitas
formal yang tampang biologis, realitas sosial dan psikologis. Tidak merasa
bahwa tokoh-tokoh Mahabrata, Ramayana, Arjuna Wiwaha, Dewa Ruci ataupun
dogeng-dogeng yang hidup di desa-desa bukalah tokoh realisme formal ataupun ada
dalam bayangan imajinasi sastra/manusia. Kalau formal saja tidak jelas bentuk realitanya. Dunia mengikuti daya
khayal manusia untuk membayangkan dan menelusuri tentang keadaan diri,
oranglain, dunia dan alam semesta sekitarnya. Misalnya: Dogeng setan bermata
satu atau bermata empat, ular jadi manusia atau ular jadi setan dan sebaliknya.
Dalam massa mutakhir ini tokoh-tokoh novel jelas dalam anonimitas seperti novel
Iwan Simatupang bukan fisik yang di jamah tetapi dalam imajinasi tidak
terkukung batas daging dan darah.
B. Cerpen
Mutakhir Indonesia
Cerpen
mutakhir Indonesia berwarna literer bukan sekedar berbobot karena sulit dimengerti
isinya dan sukar ditangkap maknanya sebab dengan filsafat tinggi dan melawan
logika.
C. Pengertian
Fiksi mutakhir dan leterer
Pada
tahun 70-an : materinya kehidupan remaja, mahasiswa, pelajar, dan lingkungan
orang berada. Masalahnya cinta dan segala liku-likunya dan bahasanya adalah
bahasa sehari-hari dan bahasa prokem sedangkan gaya ceritanya tidak
berbelit-belit, menggunakan plot, dan disusun secara kronologis. Latar yang
digunakan sering dikampus, di sekolah, kota besar, pantai, di gunung ataupun di
lembah.
Dengan
menggunakan ciri-ciri diatas maka cerpen tersebut dinamakan cerita fiksi
populer. Dalam cerpen tema tidak terlalu dipentingkan, yang dipentingkan adalah
jalan cerita yang penuh ketegaan cerita fiksi populer menyajikan suasana kemudahan,
kejelekan dan kenyamanan hidup, mudah dimengerti sederhana dan dapat dimengerti
banyak orang.
Ø Fiksi
Leterer
1. Materi yang diangkat adalah masalah
hidup yang kompleks seperti politik dan keyakinan filsafat.
2. Tatanan kata yang primatis ,menyebar
makna ,gaya bahaya lebih memberikan itensitas makna.
3. Gaya pemaparannya cenderung unik dan
berbelit-belit
4. Pemakaian setting atau latar kurang
jelas dimana dan kapan persitiwa terjadi.
5. Karakter tokoh dalam cerita fiksi
leterer perwatakannya kurang jelas.
D. Novel Indonesia Mutakhir
Pengertian novel mutakhir secara sederhana adalah novel yang hidup pada
masa sekarang. Novel mutakhir sudah dianggap sebagai novel inkonvensional
karena dianggap menyimpang dari semua sistem penulisan fiksi yang ada selama
ini. Novel mutakhir muncul dilatarbelakangi adanya pergeseran nilai secara
menyeluruh dan persoalan kehidupan.
Novel Indonesia mutakhir memiliki
ciri-ciri yaitu:
Ø Anti
tokoh.
Ø Anti
alur.
Bersuasana misteri atau gaib.
Ø Cenderung
mengungkapan transendental, sufistik.
Ø Cenderung
kembali ke tradisi lama atau warna lokal
Contoh novel : Pada Sebuah Kapal, Nh.
Dini
Ciri-ciri :
1. Bahasa
yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang kadang dipengaruhi oleh bahasa
Inggris.
2. Cara bercerita dalam karya sastra
modern singkat, padat, dan tegas.
3. Tema yang diangkat telah mendapat
pengaruh politik, kebudayaan akar
tradisi, dan psikologi.
4. Bahasa yang digunakan santai dan
dinamis.
E. Ciri - ciri Puisi 70-an
. Struktur Fisik
Puisi bergaya mantera menggunakan sarana
kepuitisan berupa : ulangan, kata, frase, atau kalimat.
a. Gaya bahasa paraleisme dikombinasikan dengan
gaya hiperbola untuk memperoleh efek yang sebesar-besarnya serta menonjolkan
tipografi.
b.
Puisi kongret sebagai eksperimen.
c.
Banyak menggunakan kata-kata daerah untuk memberi kesan ekspresif.
d.
Banyak menggunakan permainan bunyi.
e.
Gaya penulisan yang prosais.
f.
Menggunakan kata yang sebelumnya tabu.
2. Struktur Tematik
a.
Protes terhadap kepincangan masyarakat pada awal industrialisasi.
b. Kesadaran bahwa aspek manusia
merupakan subyek dan bukan obyek pembangunan.
c.
Banyak mengungkapkan kehidupan batin religius dan cenderung mistik.
d.
Cerita dan pelukisan bersifat alegoris dan parabel.
e.
Perjuangan hak-hak asasi manusia, kebebasan, persamaan, pemeratan dan
terhindar dari pencemaran teknologi modern.
f.
Kritik sosial terhadap si kuat yang bertindak sewenang – wenang terhadap
mereka yang lemah dan kritik terhadap penyeleweng.
3. Tema-tema puisi angkatan 70-an
1.
Protes kepincangan sosial dan dampak negatif dan idustrialisasi .
2.
Tema humanisme artinya manusia adalah subjek pembangunan.
3.
Tema yang melukiskan kehidupan batin para religius.
4.
Tema alegori dan parabel.
5. Tema perjuangan hak asasi manusia
seperti kebebasan, persamaan hak, pemerataan bebas dan pencemaran hidup.
6. Tema kritis sosial terhadap tindakan
sewenang-wenang dari mereka yang menyelewengkan kekuasaan jabatan nasib
masyarakat dan lain-lain.
Contoh puisi
“ Puisi Perjalanan”
Karya Emha Ainun Najib
Karya Emha Ainun Najib
Hendaklah puisiku lahir dari jalanan
Dari desah nafas para pengemis
gelandangan
Jangan
dari gedung-gedung besar
Dan
lampu gemerlapan
Para pengemis yang lapar
Langsung menjadi milik Tuhan
sebab
rintihan mereka
tak
lagi bisa mengharukan
“Puisi Biarin”
Karya Yusdistira Ardinugraha
Kamu
bilang hidup ini brengsek, aku bilang biarin
Kamu
bilang hidup ini tak punya arti, aku bilang biarin
Kamu
bilang aku tak punya kepedulia, aku bilang biarin
Kamu
bilang aku tak punya pengertian, aku bilang biarin
Habisnya
terus terang saja, aku ngak percaya sama kau
Cuma
karena kamu merasa asing saja, makanya
Kamu
selalu bilang seperti itu
F. Karya
Sastra Dari Pengarang Wanita
Dalam
sejarah sastra Indonesia, tidak banyak pengarang perempuan dan karya-karya yang
dihasilkan. Pada periode atau angkatan Balai Pustaka hanya ada Hamidah yang
menulis Kehilangan Mustika yang terbit pada 1935. Nama lain dari Fatimah Hasan
Delais ini dilahirkan pada 8 Juni 1914 di Bangka (Palembang) dan meninggal pada
8 Mei 1953 (Eneste, 1990:69). Sementara pada periode atau angakatan Pujangga
Baru ada pengarang perempuan bernama Selasih, Saleguri atau Sariamin. Perempuan
yang lahir di Talu (Sumatera Barat), 31 Juli 1909 ini mengenyam pendidikan guru
dan pernah menjadi guru di Bengkulu dan Bukit Tinggi. Pernah juga menjadi ketua
Jong Islamieten Bond Dames Afdeling Cabang Bukit tinggi (1928-1930) dan anggota
DPRD Riau (1947-1948). Karya-karyanya: Kalau Tak Untung (novel, 1933), Pengaruh
Keadaan (novel, 1937), Rangkaian Sastra (1952), sejumlah cerita anak-anak,
legenda, dan sejumlah puisi yang tersebar dalam berbagai antologi (Eneste,
1990:164). Timbul massa pembaca wanita terpelajar pada sekitar dekade 1970-an
dipengaruhi oleh adanya pengaruh paham feminisme yang mulai memasuki Indonesia
sesudah masa revolusi. Paham feminisme sendiri menurut Goefo (Sugihastuti,
2003) merupakan teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan baik di
bidang politik, ekonomi, dan sosial, atau kegiatan terorganisasi yang diperjuangkan
hak-hak serta kepentingan perempuan. Jika dikaitkan dengan hal ini, berarti
bisa dikatakan bahwa kaum wanita benar-benar mendapatkan persamaan hak mereka
mulai atau sekitar tahun 1950-an, karena pada waktu itu kaum wanita baru
memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang sama dan terbuka
seperti pria. Sehingga setelah tahun tersebut, banyak terlahir wanita-wanita
yang menjadi konsumen “bacaan wanita” atau bisa disebut dengan massa pembaca
wanita terpelajar.
Setelah dekade 1970-an, perjalanan
pengarang wanita Indonesia dalam sejarah kesusastraan dilanjutkan oleh
munculnya pengarang wanita baru seperti Ayu Utami lewat Saman (1998), dan
Larung (2001). Diikuti oleh gebrakan Dewi Lestari dengan Supernova (2001), Akar
(2002), dan Fira Basuki dengan Jendela-jendela (2001) yang merupakan bagian
pertama dari trilogi Pintu (2002) dan Atap (2002). Pengarang-pengarang wanita
tersebut mencoba berkarya dengan mengembangkan perspektif feminisme.
Contoh kasus feminisme yang dikaitkan
pada karya sastra saya ambil dari karya era 70-an yaitu Raumanen karya Marjanne
Katoppo dan cerpen Menyusu Ayah karya Djenar Maesa Ayu. Dalam novel Raumanen
dikisahkan romansa Manen dan Monang. Manen yang hamil tidak juga mendapat
kepastian dari Monang untuk menikahinya, Monang justru hendak menikah dengan
gadis lain pilihan keluarganya. Manen yang tidak sanggup menahan malu dari
lingkungannya akhirnya bunuh diri. Sedangkan bila dilihat dari cerpen Menyusu
Ayah jelas terlihat bagaimana sang penulis telah menyakiti tokoh secara seksual.
Jika dibandingkan antara keduanya, jelas sekali sebuah perbedaan yang mendasar
dalam cakupan feminisme antara karya dulu dengan karya sekarang. Dalam
Raumanen, Marjanne Katoppo belum seberani Djenar dalam menuliskan jalan
ceritanya. Dia lebih memutuskan Manen membunuh diri sendiri daripada membunuh
Monang. Sedangkan Djenar lebih berani dalam menyakiti tokoh secara seksual.
Inilah suatu gambaran tentang feminisme yang terkandung dalam karya sastra.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Misi atau dasar
Filsafat arus baru mutakhir adalah manusia mempunyai potensi yang unik yang
penting ada dialog antara tokoh dengan pengarangnya. Karya-karya sastra kebanyakan bersifat
misterius karena bukan berhadapan dengan kenyataan, tidak mungkin ada dialog dengan sesuatu
misteri dan hasilnya tidak komunikatif. Munculnya
angkatan 70-an karena adanya pergeseran sikap berpikir dan bertindak dalam
menghasilkan wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra bercorak baru,
baik di bidang puisi, prosa maupun drama. Pergeseran ini mulai kelihatan
setelah gagalnya kudeta G30 S/PKI. Dalam periode 70-an pengarang berusaha
melakukan eksperimen untuk mencoba batas-batas berupa kemungkinan bentuk baik
prosa, puisi drama semakin tidak jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar