Sabtu, 07 Maret 2020

ISU - ISU SASTRA MUTAKHI



ISU - ISU SASTRA MUTAKHIR


 Oleh:

Kelompok 6

1.   Octavia Dwi Anggraini                  (201810080311102)
2.   Ahmad Fadil                                           (201810080311059)




Dosen Pembimbing : Joko Widodo

Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang
Tahun Ajaran
2020-2021


Kata Pengantar
      Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Tugas Keterampilan Sastra Reseptif”.

     Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
   
     Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan beberapa tugas mata kuliah Keterampilan Sastra Reseptif. Pada makalah ini akan dibahas tentang makalah “Isu - Isu Sastra Mutakhir”

     Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca..
  
     Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, kami meminta kesediaan pembaca untuk memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai penulisan makalah kami ini, untuk kemudian kami akan merevisi kembali pembuatan makalah ini di waktu berikutnya.

Penulis




Kelompok 6




Daftar Isi

Halaman Utama…………………………………………….   i
Kata Pengantar……………………………………………..   ii
Daftar Isi……………………………………………………   iii
BAB I Pendahuluan……………………………………….    I
a. Latar Belakang……………………………………….   1
b. Rumusan Masalah……………………………………   1
c. Tujuan Penulisan……………………………………..   1
BAB II Pembahasan…………………………………………  II
a)  sastra mutakhir……………………………………………………….  2
b) Ciri- ciri cerpen mutakhir...…………………………………………..  2
c)  Fiksi mutakhir dan leterer…………………………………………….  3
d)  novel Indonesia Mutakhir………………………………………….   3
e)   Ciri- ciri Puisi 70-an……………………………………………….   3-4
f)   Karya Sastra dari Pengarang wanita………………………………..  5-6
- Pengertian dan permasalahan tentang Karya sastra dari Pengarang
Wanita ……………………………………………………………….. 6-7
BAB III Penutup…………………………………………………………  III
  Kesimpulan……………………………………………………………   7
 



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
   Dalam perjalanan sejarah kesusastraan di Indonesia saat ini, kita mengenal adanya sejumlah penyebutan tentang pergolongan, periodesasi atau disebut juga angkatan. Penyebutan itu tentu saja tidak serta - merta muncul begitu saja. Akan selalu ada usaha untuk merumuskan semangat yang dimana mendasari karya - karya yang sudah muncul dan sejalan dengan semangat pada zamannya. Sejak tahun 1968, terutama paroh berada pertama tahun 1970-an, dan bermunculan karya sastra yang dimana memperlihatkan semangat kebebasan berkreasi. Pada masa itu dimana berbagai karya eksperimental seperti memperoleh lahan yang subur dan momentum yang baik saat ini. Karya - karya eksperimental itu sudah mencakupi semua ragam sastra yaitu ( puisi, novel, cerpen dan drama). Maka dari itu, diantara karya - karyanya yang konvensial yang terbit pada tahun 1970- anm tidak sedikit pula yang dimana memperlihatkan semangat kebebasan itu yang diejawatahkan dalam bentuk karya - karya eksperimental. Pada tahun 1970-an yang dimana pada tahun itu justru makin memperlihatkan kematangannya. Jika disederhanakan lagi sastrawan tahun 1970-an, berdasarkan karya- karyanya yang daoat dihasilkan dan dapat dikelompokkan ke dalam tiga macam tahun karyanya. Pertama, mereka termasuk angkatan 66 yang telah berkarya pada dasawarsa tahun 1960-an, bahkan sudah sejak dasawarsa tahun 1950-an sudah mulai matang pada tahun 1970-an.
B. Rumusan Masalah
g)  Apa saja yang termasuk pada sastra mutakhir ?
h)  Apa saja yang termasuk Ciri- ciri cerpen mutakhir?
i)    Apa yang dimaksud Fiksi mutakhir dan leterer?
j)    Apa saja yang termasuk novel Indonesia Mutakhir ?
k)  Apa saja yang termasuk Ciri- ciri Puisi 70-an ?
C. Tujuan Penulisan
a)  . Agar pembaca bisa mengetahui tentang jenis- jenis sastra Mutakhir dan Ciri ciri dari sastra mutakhir tersebut.
b) . Agar pembaca dapat mengetahui tentang pengarang wanita angkatan 70-an


BAB II
PEMBAHASAN

A. Karya Sastra Mutakhir
Pada angkatan 70-an tumbuh dengan subur penulis dan buah penanya dibidang puisi dan drama. Motif dasar pergeseran dari moderen ke mutakhir adalah perubahan dibidang wawasan, alur, gaya bahasa, penafsiran, tentang latar, serta bidang material dan sosial. Sebelum massa mutakhir selalu didukung oleh paham realitas formal yang tampang biologis, realitas sosial dan psikologis. Tidak merasa bahwa tokoh-tokoh Mahabrata, Ramayana, Arjuna Wiwaha, Dewa Ruci ataupun dogeng-dogeng yang hidup di desa-desa bukalah tokoh realisme formal ataupun ada dalam bayangan imajinasi sastra/manusia. Kalau formal saja tidak  jelas bentuk realitanya. Dunia mengikuti daya khayal manusia untuk membayangkan dan menelusuri tentang keadaan diri, oranglain, dunia dan alam semesta sekitarnya. Misalnya: Dogeng setan bermata satu atau bermata empat, ular jadi manusia atau ular jadi setan dan sebaliknya. Dalam massa mutakhir ini tokoh-tokoh novel jelas dalam anonimitas seperti novel Iwan Simatupang bukan fisik yang di jamah tetapi dalam imajinasi tidak terkukung batas daging dan darah.
B. Cerpen Mutakhir Indonesia
Cerpen mutakhir Indonesia berwarna literer bukan sekedar berbobot karena sulit dimengerti isinya dan sukar ditangkap maknanya sebab dengan filsafat tinggi dan melawan logika.
C. Pengertian Fiksi mutakhir dan leterer
Pada tahun 70-an : materinya kehidupan remaja, mahasiswa, pelajar, dan lingkungan orang berada. Masalahnya cinta dan segala liku-likunya dan bahasanya adalah bahasa sehari-hari dan bahasa prokem sedangkan gaya ceritanya tidak berbelit-belit, menggunakan plot, dan disusun secara kronologis. Latar yang digunakan sering dikampus, di sekolah, kota besar, pantai, di gunung ataupun di lembah.
Dengan menggunakan ciri-ciri diatas maka cerpen tersebut dinamakan cerita fiksi populer. Dalam cerpen tema tidak terlalu dipentingkan, yang dipentingkan adalah jalan cerita yang penuh ketegaan cerita fiksi populer menyajikan suasana kemudahan, kejelekan dan kenyamanan hidup, mudah dimengerti sederhana dan dapat dimengerti banyak orang.

Ø  Fiksi Leterer
1. Materi yang diangkat adalah masalah hidup yang kompleks seperti politik dan keyakinan filsafat.
2. Tatanan kata yang primatis ,menyebar makna ,gaya bahaya lebih memberikan itensitas makna.
3. Gaya pemaparannya cenderung unik dan berbelit-belit
4. Pemakaian setting atau latar kurang jelas dimana dan kapan persitiwa terjadi.
5. Karakter tokoh dalam cerita fiksi leterer perwatakannya kurang jelas.
D. Novel Indonesia Mutakhir
   Pengertian novel mutakhir secara sederhana adalah novel yang hidup pada masa sekarang. Novel mutakhir sudah dianggap sebagai novel inkonvensional karena dianggap menyimpang dari semua sistem penulisan fiksi yang ada selama ini. Novel mutakhir muncul dilatarbelakangi adanya pergeseran nilai secara menyeluruh dan persoalan kehidupan.
Novel Indonesia mutakhir memiliki ciri-ciri yaitu:
Ø  Anti tokoh.
Ø  Anti alur.
Bersuasana misteri atau gaib.
Ø  Cenderung mengungkapan transendental, sufistik.
Ø  Cenderung kembali ke tradisi lama atau warna lokal
Contoh novel : Pada Sebuah Kapal, Nh. Dini
Ciri-ciri :
1. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang kadang dipengaruhi oleh bahasa Inggris.
2. Cara bercerita dalam karya sastra modern singkat, padat, dan  tegas.
3. Tema yang diangkat telah mendapat pengaruh politik,  kebudayaan akar tradisi, dan psikologi.
4. Bahasa yang digunakan santai dan dinamis.

E. Ciri - ciri Puisi 70-an
  .      Struktur Fisik
Puisi bergaya mantera menggunakan sarana kepuitisan berupa : ulangan, kata, frase, atau kalimat.
a.  Gaya bahasa paraleisme dikombinasikan dengan gaya hiperbola untuk memperoleh efek yang sebesar-besarnya serta menonjolkan tipografi.
b.  Puisi kongret sebagai eksperimen.
c.  Banyak menggunakan kata-kata daerah untuk memberi kesan ekspresif.
d.  Banyak menggunakan permainan bunyi.
e.  Gaya penulisan yang prosais.
f.  Menggunakan kata yang sebelumnya tabu.
2. Struktur Tematik
a.  Protes terhadap kepincangan masyarakat pada awal industrialisasi.
b. Kesadaran bahwa aspek manusia merupakan subyek dan bukan obyek pembangunan.
c.  Banyak mengungkapkan kehidupan batin religius dan cenderung mistik.
d.  Cerita dan pelukisan bersifat alegoris dan parabel.
e.  Perjuangan hak-hak asasi manusia, kebebasan, persamaan, pemeratan dan terhindar dari pencemaran teknologi modern.
f.  Kritik sosial terhadap si kuat yang bertindak sewenang – wenang terhadap mereka yang lemah dan kritik terhadap penyeleweng.
3. Tema-tema puisi angkatan 70-an
1.  Protes kepincangan sosial dan dampak negatif dan idustrialisasi .
2.  Tema humanisme artinya manusia adalah subjek pembangunan.
3.  Tema yang melukiskan kehidupan batin para religius.
4.  Tema alegori dan parabel.
5. Tema perjuangan hak asasi manusia seperti kebebasan, persamaan hak, pemerataan bebas dan pencemaran hidup.
6. Tema kritis sosial terhadap tindakan sewenang-wenang dari mereka yang menyelewengkan kekuasaan jabatan nasib masyarakat dan lain-lain.

Contoh puisi

 “ Puisi Perjalanan”
Karya Emha Ainun Najib

Hendaklah puisiku lahir dari jalanan
Dari desah nafas para pengemis gelandangan
Jangan dari gedung-gedung besar
Dan lampu gemerlapan
Para pengemis yang lapar
Langsung menjadi milik Tuhan
sebab rintihan mereka
tak lagi bisa mengharukan


                                               “Puisi Biarin”
 Karya Yusdistira Ardinugraha

Kamu bilang hidup ini brengsek, aku bilang biarin
Kamu bilang hidup ini tak punya arti, aku bilang biarin
Kamu bilang aku tak punya kepedulia, aku bilang biarin
Kamu bilang aku tak punya pengertian, aku bilang biarin
Habisnya terus terang saja, aku ngak percaya sama kau
Cuma karena kamu merasa asing saja, makanya
Kamu selalu bilang seperti itu

F. Karya Sastra Dari Pengarang Wanita
Dalam sejarah sastra Indonesia, tidak banyak pengarang perempuan dan karya-karya yang dihasilkan. Pada periode atau angkatan Balai Pustaka hanya ada Hamidah yang menulis Kehilangan Mustika yang terbit pada 1935. Nama lain dari Fatimah Hasan Delais ini dilahirkan pada 8 Juni 1914 di Bangka (Palembang) dan meninggal pada 8 Mei 1953 (Eneste, 1990:69). Sementara pada periode atau angakatan Pujangga Baru ada pengarang perempuan bernama Selasih, Saleguri atau Sariamin. Perempuan yang lahir di Talu (Sumatera Barat), 31 Juli 1909 ini mengenyam pendidikan guru dan pernah menjadi guru di Bengkulu dan Bukit Tinggi. Pernah juga menjadi ketua Jong Islamieten Bond Dames Afdeling Cabang Bukit tinggi (1928-1930) dan anggota DPRD Riau (1947-1948). Karya-karyanya: Kalau Tak Untung (novel, 1933), Pengaruh Keadaan (novel, 1937), Rangkaian Sastra (1952), sejumlah cerita anak-anak, legenda, dan sejumlah puisi yang tersebar dalam berbagai antologi (Eneste, 1990:164). Timbul massa pembaca wanita terpelajar pada sekitar dekade 1970-an dipengaruhi oleh adanya pengaruh paham feminisme yang mulai memasuki Indonesia sesudah masa revolusi. Paham feminisme sendiri menurut Goefo (Sugihastuti, 2003) merupakan teori tentang persamaan antara laki-laki dan perempuan baik di bidang politik, ekonomi, dan sosial, atau kegiatan terorganisasi yang diperjuangkan hak-hak serta kepentingan perempuan. Jika dikaitkan dengan hal ini, berarti bisa dikatakan bahwa kaum wanita benar-benar mendapatkan persamaan hak mereka mulai atau sekitar tahun 1950-an, karena pada waktu itu kaum wanita baru memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang sama dan terbuka seperti pria. Sehingga setelah tahun tersebut, banyak terlahir wanita-wanita yang menjadi konsumen “bacaan wanita” atau bisa disebut dengan massa pembaca wanita terpelajar.
Setelah dekade 1970-an, perjalanan pengarang wanita Indonesia dalam sejarah kesusastraan dilanjutkan oleh munculnya pengarang wanita baru seperti Ayu Utami lewat Saman (1998), dan Larung (2001). Diikuti oleh gebrakan Dewi Lestari dengan Supernova (2001), Akar (2002), dan Fira Basuki dengan Jendela-jendela (2001) yang merupakan bagian pertama dari trilogi Pintu (2002) dan Atap (2002). Pengarang-pengarang wanita tersebut mencoba berkarya dengan mengembangkan perspektif feminisme.
Contoh kasus feminisme yang dikaitkan pada karya sastra saya ambil dari karya era 70-an yaitu Raumanen karya Marjanne Katoppo dan cerpen Menyusu Ayah karya Djenar Maesa Ayu. Dalam novel Raumanen dikisahkan romansa Manen dan Monang. Manen yang hamil tidak juga mendapat kepastian dari Monang untuk menikahinya, Monang justru hendak menikah dengan gadis lain pilihan keluarganya. Manen yang tidak sanggup menahan malu dari lingkungannya akhirnya bunuh diri. Sedangkan bila dilihat dari cerpen Menyusu Ayah jelas terlihat bagaimana sang penulis telah menyakiti tokoh secara seksual. Jika dibandingkan antara keduanya, jelas sekali sebuah perbedaan yang mendasar dalam cakupan feminisme antara karya dulu dengan karya sekarang. Dalam Raumanen, Marjanne Katoppo belum seberani Djenar dalam menuliskan jalan ceritanya. Dia lebih memutuskan Manen membunuh diri sendiri daripada membunuh Monang. Sedangkan Djenar lebih berani dalam menyakiti tokoh secara seksual. Inilah suatu gambaran tentang feminisme yang terkandung dalam karya sastra.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Misi atau dasar Filsafat arus baru mutakhir adalah manusia mempunyai potensi yang unik yang penting ada dialog antara tokoh dengan pengarangnya.  Karya-karya sastra kebanyakan bersifat misterius karena bukan berhadapan dengan kenyataan,  tidak mungkin ada dialog dengan sesuatu misteri dan hasilnya tidak komunikatif.             Munculnya angkatan 70-an karena adanya pergeseran sikap berpikir dan bertindak dalam menghasilkan wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra bercorak baru, baik di bidang puisi, prosa maupun drama. Pergeseran ini mulai kelihatan setelah gagalnya kudeta G30 S/PKI. Dalam periode 70-an pengarang berusaha melakukan eksperimen untuk mencoba batas-batas berupa kemungkinan bentuk baik prosa, puisi drama semakin tidak jelas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SASTRA DENGAN MASYARAKAT

Hubungan Sastra dan Masyarakat MOHAMAD AZRUL NIZAM (038) ARYANDY BIMBY ARIFATUR(067) LATAR BELAKANG Sastra ialah penggambaran d...