MAKALAH
KETERAMPILAN SASTRA RESEPTIF
(SASTRA DAN MAKANAN)
NAMA ANGGOTA
INEZ CATUR WINDI CARMITHA (201810080311052)
NOVITA EKA MIRANDA
(201810080311053)
PENDIDIKAN BAHASA
INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sastra berasal dari bahasa Sansekerta, castra yang berarti tulisan. Sastra dalam arti khusus adalah ekspresi dan perasaan manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan seseorang. Fenomena sastra dan kuliner memunculkan pendekatan kritik yaitu gastro kritik atau gastrocriticism. Gastro kritik bagian dari pendekatan kritik yang dicetus oleh seorang kritikus Perancis Ronald Tobin.
Sastra berasal dari bahasa Sansekerta, castra yang berarti tulisan. Sastra dalam arti khusus adalah ekspresi dan perasaan manusia untuk mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan seseorang. Fenomena sastra dan kuliner memunculkan pendekatan kritik yaitu gastro kritik atau gastrocriticism. Gastro kritik bagian dari pendekatan kritik yang dicetus oleh seorang kritikus Perancis Ronald Tobin.
Kuliner dianggap sebagai salah satu simbol, mitos,
tanda-tanda dalam mengembangkan karya sastra. Inilah yang memungkinkan adanya
keterkaitan uat antara sastra dan kuliner. Sastra kuliner menjadi fenomena
muktahir yang berkembang di Indonesia
1.2 Rumusan Masalah
1) Pengertian
makanan
2) Pelopor
Sastra dan Makanan
3) Hubungan
Sastra dan Makanan
4) Contoh
Kajian Sastra dan Makanan
1.3 Tujuan Masalah
Untuk mengetahui keterkaitan Sastra dengan
makanan
BAB II
PEMBAHASAN
SASTRA
DAN MAKANAN
1. Makanan
Makanan yang manusia makan memiliki cerita yang
semestinya perlu diketahui sebagai wawasan. Makanan dapat dikaitkan dengan
kesempatan dan peristiwa tertentu. Konsep makanan dalam seni dibagi menjadi
tiga, yaitu cita rasa yang dihasilkan memiliki kekhasan berupa bumbu yang tidak
dimiliki oleh masakan lain, penyajian makanan sebelum dinikmati mampu membuat
penikmat terkagum akan penampilannya, dan cara makanan dikonsumsi memiliki cara
khusus untuk dinikmati.
Indonesia
dikenal dengan surga kuliner yang mampu menjadi wahana memperkenalkan dan
melestarikan makanan nusantara. Makanan bukan lagi soal memenuhi kebutuhan
fisik, tetapi juga menjadi identitas, ciri khas, seni, gaya hidup, hobi, bahkan
dilombakan.
2. Pelopor Sastra dan Makanan
Fenomena
sastra dan kuliner memunculkan pendekatan kritik yaitu gastro kritik atau gastrocriticism.
Gastro kritik bagian dari pendekatan kritik yang dicetus oleh seorang kritikus
Perancis Ronald Tobin. Saat ia memberikan kuliah umum pada tahun 2008 di UCSB
dengan judul Thought for Food: Literature and Gastronomy, ia membahas
mengenai gastro kritik. Gastro kritik adalah etika seseorang dalam menghargai
kuliner (Artika, 2017).
Kuliner
dianggap sebagai salah satu simbol, mitos, tanda-tanda dalam mengembangkan
karya sastra. Inilah yang memungkinkan adanya keterkaitan uat antara sastra dan
kuliner. Gastro kritik berfungsi untuk menempatkan latar belakang antara kedua
seni yang berhubungan dengan ungkapan penyair dan masakan sebagai pencipta
perubahan bentuk atau ilusi. Adapun konsep gastro kritik meliputi konsep
kuliner dan kesenangan, konsep kuliner dan seni, konsep kuliner dan nama, serta
konsep kuliner dan sejarah.
a.
Konsep Kuliner
dan Kesenangan
Makanan dan memori memiliki keterkaitan. Sebagaimana yang
diketahui bahwa bau makanan dapat dikaitkan dengan kesempatan dan peristiwa
tertentu, seperti membawa kembali kenangan dari kesenangan dan kesedihan.
Kesenangan maupun kesedihan pada kuliner tertentu dapat membangkitkan memori
seseorang. Penafsiran dari memori digunakan sebagai perangkat penyimpanan dari
pengetahuan, tindakan, bahkan emosi yang siap diambil jika diperlukan.
Ahli gastronomi menjelaskan mengenai konsep rasa, bahwa
hal terkait dengan rasa tidak dapat disamakan dengan pemikiran orang lain.
Setiap orang memiliki dan membuat penafsiran secara pribadi. Para penulis
menggunakan rasa dan bau untuk membangkitkan kenangan yang dapat menghidupkan
sifat sensual kembali. Sifat sensual berasal dari naluri setiap individu dan
makanan adalah bagian bagian dasar dari pengalaman manusia yang bersifat
sensual.
b.
Konsep Kuliner
dan Seni
Makanan dan rasa (perasaan) dapat mewakili makna khas
dalam estetika, seperti saat membaca resep makanan dalam karya sastra, akan
terasa berbeda dengan saat membaca resep pada buku resep makanan. Pembaca akan
merasakan nuansa yang berbeda dibandingkan dengan buku masakan terlihat dari
cara mengolah bahasa dalam kuliner. Makanan yang berseni tidak dapat diukur
dari jumlah komposisi pembangun makanan. Tetapi nilai seni dalam makanan
terbentuk dari kolaborasi pembangunan makanan yang seimbang.
c.
Konsep Kuliner
dan Nama
Makanan merupakan aspek yang tidak terpisahakan dari
sebuah tulisan sebagai referensi yang merujuk ke ranah sastra. Permainan dalam
penamaan yang tidak familiar menjadi salah satu keunggulan masakan. Makanan
sehari-hari menjadi sesuatu yang lebih eksotis hanya dengan mengubah namanya.
Penamaan makanan yang berbeda
memunculkan kemenarikan bagi sebagian orang dan rasa penasaraan untuk
mencicipinya.
d.
Konsep Kuliner
dan Sejarah
Nilai filosofis dalam makanan dimunculkan sebagai salah
satu cabang ilmu sejarah yang dapat diapresiasi. Peran makanan yang diperoleh
dari nilai-nilai filosofis kehidupan menjadi dasar kemenarikan dari makanan.
Seperti saat bangsa Portugis menguasai Indonesia pada permulaan abad XIV untuk
mencari rempah-rempah, tidak hanya mencari namun mereka juga mengagumi dan
mendambakan rempah-rempah Indonesia. Sehingga mendorong bangsa lain seperti
Belanda untuk datang ke Indonesia mencari rempah-rempah sampai berhasil
memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.
3. Hubungan Sastra dan Makanan
Sastra dan makanan memiliki keterkaitan yang erat, tidak
hanya berhubungan dalam hal membangun cerita. Sastra kuliner mengandung
kreativitas penggabungan hal yang bersifat material dan non material, seperti
bagaimana tokoh-tokoh dalam karya sastra mengonsumsi dan menikmati makanan,
bagaimana tokoh-tokoh tersebut mendeskripsikan identitas budaya, dan bagaimana
prinsip hidup dihubungkan dengan makanan. Fungsi dan peran sastra kuliner yaitu
memberikan nilai kepada sebuah karya sastra yang multidisipliner. Selain itu,
sastra kuliner memberi pengaruh yang besar terhadap perkembangan kesusastraan
terutama dalam perkembangan ilmu lainnya.
Kajian sastra dan kuliner dapat dilihat sebagai alat
untuk membangun karakteristik tokoh. Tokoh sastra kuliner dapat hadir melalui
identitas tradisional maupun modern. Identitas lokal dan nasional dari tokoh
dapat digambarkan melalui kecenderungan melestarikan makanan berakar lokal dan
nasional dengan cara memasak, menghidangkan hingga menikmatinya.
4. Contoh Kajian Sastra dan Makanan
Sastra
kuliner menjadi fenomena muktahir yang berkembang di Indonesia. Adapun beberapa
gendre sastra yang mengusung kuliner sebagai tema utama cerita. Gendre sastra yang
bertemakan sastra kuliner yaitu puisi, cerpen dan novel.
Sastra Kuliner dalam Puisi
Sastra kuliner telah menghasilkan beberapa penyair sastra
di Indonesia dalam menciptakan puisi, seperti antalogi puisi Cinta, Rasa,
dan Puisi. Antalogi ini merupakan kumpulan puisi yang dihimpun dari puluhan
penulis anggota Komunitas Pegiat Literasi Jabar (KPLJ) dengan tema kuliner.
Puisi-puisi bertema kuliner tersebut merupakan pengalaman batin dalam menikmati
berbagai jenis kuliner. Selain itu ada juga antalogi puisi Pendidikan
Jasmani dan Kesunyian karya Beni Satryo. Sastra menjadi warna pada lima
puisi dalam kumpulan puisi tersebut yang berjudul Duri dalam Daging,
Menyiram Kuah Soto, Onde, Nagasari, dan Mie Cakalang.
Seiring berkembangnya era digital, selain puisi yang
dimuat di media cetak, beberapa puisi digital juga mulai mengangkat tema sastra
kuliner. Salah satunya puisi Pindang Ikan karya Nella, dapat dilihat
dari penggalan puisi berikut.
dipungutnya
sejumput asam
“untuk
menambah indah”
aku
termangu
kunantikan
pindang masak
nenek
terduduk, menyimak lantunan jarum jam
keningnya
kian berkerut
oleh
asam manis kehidupan
Sastra Kuliner dalam Cerpen
Sastra kuliner juga menarik minat beberapa cerpenis
Indonesia dalam membangun struktur cerita, seperti cerpen Filosofi Kopi
(2006) karya Dee, Mandre (2011) karya Dee, dan Smokol (2009)
karya Amal. Ketiga verpen tersebut menghadirkan sebuah cerita yang mendasarkan
diri pada kuliner. Pada awalnya cerita tampak sebagai usaha untuk merayakan
hidup, menemukan dan menghadirkan sajian terbaik, dan memahami jati diri
personal melalui kuliner, namun lambat laun bergerak ke sebuah renungan tentang
Indonesia. Berikut contoh kutipan kuliner dalam cerpen Smokol.
Ale pernah ke Manado, melaporkan sesungguhnya orang
Minahasa menyantap tinutuan (bubur Manado) beserta pisang goreng dan teri
goreng yang ditaruh di tepi piring dan dicelup-celupkan ke dalam dabu-dabu,
sambal yang pedas bukan main hingga bisa bikin orang menangis diam-diam, kuping
berdenging, dan untuk beberapa yang rentan, niscaya berhalusinasi (Amal, 2009).
Selain cerpen yang dimuat di media cetak, beberapa cerpen
digital juga mulai mengangkat tema kuliner dan sastra. Salah satunya Kumpulan
Cerpen Raja Kuliner Nusantara Kurasa karya Sheena. Cerpen tersebut
menggambarkan resep makanan yang dimetaforakan dengan realita kehidupan.
Sastra Kuliner dalam Novel
Sastra kuliner juga telah menginspirasi novelis sastra
Indonesia dalam mengembangkan cerita, seperti novel Aruma & Lidahnya (2015)
karya Laksmi Pamuntjak. Demi menyelesaikan novel tersebut, Laksmi melakukan
riset kuliner di delapan kota, yaitu Bangkalan, Pamekasan, Surabaya, Palembang,
Medan, Banda Aceh, Pontianak, Singkawang, dan Mataram. Laksmi menulis lengkap
perihal rasa, aroma, dan menu makanan di kota-kota tersebut.
Selain
itu, novel Pulang (2013) karya Leila S Chudori yang menggambarkan
kecintaan dan kerinduan tokoh Dhimas Suryo yang menikah dengan Vivienne,
perempuan Perancis. Kerinduan terhadap Indonesia dideskripsikan dengan
kebiasaan menyantap makanan Indonesia. Novel Coffee (2013) karya Riawani
Elyta, juga terdiri dari beberapa judul yang bertemakan makanan, namun
masing-masing menampilkan cerita yang berdiri sendiri.
BAB III
PENUTUP
5. Kesimpulan
Sastra adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan. Sastra
berasal dari bahasa Sansekerta, castra yang berarti tulisan. Sastra
dalam arti khusus adalah ekspresi dan perasaan manusia untuk mengungkapkan
gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan seseorang. Fenomena sastra
dan kuliner memunculkan pendekatan kritik yaitu gastro kritik atau gastrocriticism.
Gastro kritik bagian dari pendekatan kritik yang dicetus oleh seorang kritikus
Perancis Ronald Tobin.
Kuliner dianggap sebagai salah satu simbol, mitos,
tanda-tanda dalam mengembangkan karya sastra. Inilah yang memungkinkan adanya
keterkaitan uat antara sastra dan kuliner. Sastra kuliner menjadi fenomena
muktahir yang berkembang di Indonesia. Adapun beberapa gendre sastra yang
mengusung kuliner sebagai tema utama cerita. Gendre sastra yang bertemakan
sastra kuliner yaitu puisi, cerpen dan novel.
DAFTAR PUSTAKA
Artika,
Mareta Dwi. (2017). Novel Aruna dan Lidahnya Karya Laksmi Pamuntjak. Jurnal
Bapala, Vol. 4, No. 1: 1-11.
Eneste, Pamusuk.
2000. Ensiklopedi Sastra Indonesia.
Jakarta: Gramedia
KS, Yudiono.
2007. Pengantar Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Gramedia
Surastina. 2018. Pengantar
Teori Sastra. Yogyakarta: Penerbit Elmatera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar