SASTRA DAN MEDIA SOSIAL
1. Media
Sosial
Pengertian
media sosial menurut Oetama Jakob (2006: 34) adalah sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang
membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan memungkinkan
penciptaan dan pertukaran “user-generated content”. Pengguna media
sosial bisa mendapatkan akses bebas seperti mengedit, menambahkan, memodifikasi
tulisan, gambar,, video, grafis, dan berbagai konten lainnya secara mudah dan
biaya yang murah. Media sosial juga mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Standar yang digunakan untuk menilai hal itu ialah banyaknya pengguna yang
dimiliki oleh masing-masing jejaring sosial ini.
2. Hubungan
antara Sastra dengan Media Sosial
Media sosial
memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Berbagai fasilitas yang ada pada media sosial telah membantu para penggunanya
untuk berkomunikasi, pencarian informasi, dan berkarya. Dalam berkarya, penulis biasanya memiliki pikiran-pikiran
baru tentang penggambaran suatu hal dan disertakan contoh konkret sehingga
lebih mudah dipahami oleh pembaca atau pengguna lain. Contoh media sosial yang
bisa digunakan untuk menulis karya sastra ialah Facebook dan Twitter.
Hubungan antara media sosial dengan
sastra dapat menimbulkan dampak positif dan dampak negatif.
3. Dampak
Positif Hubungan Sastra dengan Media Sosial
Dampak
positif dari adanya hubungan antara sastra dan media sosial ialah memudahkan
para penggunanya untuk menciptakan berbagai karya sastra dan memudahkan bagi
pembaca untuk menikmatinya. Contoh tulisan di era modern yang memanfaatkan
media sosial ialah karya sastra berupa novel EL (Luluk HF, 2017 wattpad),
Cinta, Kenangan, dan Hal-hal yang Tak Selesai (Gramedia Pustaka Utama,
2010), Nama yang Mendera: Antologi Prosamini (Citra Aji Parama, 2010),
dan lain-lain.
Contoh
konkret dari media sosial ialah Whatsapp yang memungkinkan penggunanya
untuk menuangkan idenya dalam 250 karakter. Hal itu mampu merangsang
kreativitas para pengguna. Di lain sisi, Twitter juga memiliki peran
tersendiri yang mampu menjadi sarana penuangan ide. Dalam #anjinggombal,
yang menuangkan ide berdasarkan pendekatan yang kontekstual, seperti penggunaan
plesetan peribahasa dan ekspresi-ekspresi dari gagasan di twitter itu
telah dikumpulkan dan telah diterbitkan pada tahun 2010. Salah satu contoh buku
yang diterbitkan berdasarkan tulisan di Twitter ialah buku berjudul Percikan:
Kumpulan Twitter @gm_gm karya Goenawan Mohamad yang diterbitkan oleh
Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2011. Dengan demikian, dampak positif dari
hubungan sastra dengan media sosial ialah memudahkan pengguna untuk menyampaikan
ide dan gagasannya sehingga mampu melahirkan karya sastra berupa fiksimini,
prosamini, cerpen atau novel kolaboratif, dan flash fiction. Selain itu,
adanya hubungan antara sastra dengan media sosial juga menumbuhkan relasi
personal dan komunal walaupun tidak pernah bertatap muka atau berkenalan secara
langsung.
4. Dampak
Negatif Hubungan Sastra dengan Media Sosial
Selain
memiliki dampak positif, hubungan sastra dengan media sosial juga memiliki
dampak negatif. Koran Tempo pernah menuliskan bahwa karya sastra berupa
puisi belum menampakkan sumbangan atau kontribusi yang nyata bagi perkembangan
kesastraan nasional (Basral, 2007). Hal itu dikarenakan tidak ada seleksi
secara ketat ketika suatu karya akan dipublikasikan. Penilaian terhadap
kelayakan terbit atau tidaknya karya sastra menjadi lebih subjektif karena
media sosial yang terlalu memberikan kebebasan bagi penggunanya. Selain itu,
sifat media sosial yang terbuka dan telah mendunia juga mampu memunculkan
puisi-puisi yang “bermasalah” atau sekedar pengolahan kata yang berasal dari
karya atau ide orang lain dan bisa sampai ke tindakan plagiasi dengan mudah.
5. Karya
Sastra yang Populer di Media Sosial
Adanya media
sosial menjadikan para penulis lebih mudah dalam menyampaikan dan menyimpan ide
dan gagasan tentang apa yang akan dituliskannya. Beberapa ide dan gagasan yang
telah dituliskan itu lalu dikembangkan sehingga menjadi populer di media sosial
dan kemudian diterbitkan menjadi buku sehingga memberikan keuntungan bagi para penulis.
Beberapa contoh karya sastra yang populer di media sosial dan telah diterbitkan
menjadi buku adalah sebagai berikut:
a. Novel
EL (Gramedia, 2017), merupakan novel karya dari Luluk HF seorang mahasiswi dari
Universitas Muhammadiyah Malang, yang mana novel tersebut merupakan novel yang
ditulis pada aplikasi Wattpad dan novel tersebut kemudian difilm-kan.
b. Mariposa
(Gramedia, 2018), juga merupakan novel kedua dari Luluk HF yang akan segera
difilmkan.
c. Nama
yang Mendera: Antologi Prosamini (Citra Aji Parama, 2010), merupakan
prosamini karya dari Ibnu Wahyudi.
d. Cinta,
Kenangan, dan Hal-hal yang Tak Selesai (Gramedia Pustaka Utama, 2011).
Biarkan Aku Mencintaimu
dalam Sunyi: Email terbuka seorang selingkuhan (Gradien).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar