Ada tiga kriteria yang dibuat sebagai
pertanggungjawaban penulis mengapa buku ini hanya memilih 21 (dua puluh satu) karya
yang saya sebut karya puncak sastra Indonesia.
Kriteria Pertama:
Inovasi.
Karya tersebut merupakan karya pembaruan baik dari segi tema maupun bentuk. Ia bisa
merupakan karya yang pertamakali mengangkat tema tertentu yang belum pernah ada
sebelumnya, atau karya yang bentuknya mula-mula dianggap eksperimen namun kemudian
mencapai bentuk selaras dan sempurna sebagai sebuah karya sastra. Bisa juga ia mengangkat
tema yang bersifat pembaruan dari tema-tema yang pernah muncul dalam karya-karya
sebelumnya.
Kriteria Kedua:
Pengaruh.
Dilihat dari tiga hal sebagai berikut: (1) Pengaruh kepada masyarakat atau pembaca
ditandai dengan adanya pengakuan atas karya tersebut dari masa ke masa sehingga
karya tersebut menjadi semacam “legenda” (2) Adanya kontroversi atau polemik dalam
masyarakat atas karya tersebut, dan (3) Adanya reaksi dari pemerintah berupa pencekalan,
pelarangan, atau pembatasan baik kepada karya itu sendiri maupun kepada pengarangnya.
Kontroversi/polemik dalam masyarakat dan reaksi dari pemerintah telah dengan sendirinya
menyiratkan pengaruh dari karya tersebut dan arti penting kehadirannya.
Kriteria Ketiga:
Partisipasi.
Yang dimaksud di sini ialah adanya para pengarang lain yang ikut melibatkan diri
atau berkarya dalam genre tersebut sehingga melahirkan semacam “aliran”. Termasuk
dalam kriteria ini ialah: Puisi
Mbeling karya Remy Syalado yang melahirkan karya-karya sejenis dari
aliran ini,Hujan Bulan Juni
karya Sapardi Djoko Damono yang melahirkan “aliran sapardian”, Arsitektur Hujan
karya Afrizal Malna yang melahirkan “aliran afrizalian”, dan Atas Nama Cinta: Sebuah Puisi Esai
karya Denny JA yang diikuti oleh penerbitan karya-karya puisi esai dari para pengarang
lainnya.
Karya
Sastra Yang Populer Di Zaman Sekarang
Ada dua belas
karya sastra yang memenuhi lebih dari satu kriteria dan yang populer yaitu: Siti
Nurbaya karya Marah Rusli, Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana,Belenggu
karya Armijn Pane, Saman karya Ayu Utami, Tanah Airkarya Muhammad
Yamin, Percikan Permenungan karya Rustam Effendi, Nyanyi Sunyi
karya Amir Hamzah, Aku Ini Binatang Jalang karya Chairil Anwar, Puisi
Mbeling karya Remy Syalado, Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono,
Arsitektur Hujankarya Afrizal Malna, dan Atas Nama Cinta karya Denny
JA.
Tahun Periode Puncak Sastra
Angkatan 1966 - 1970an
Angkatan
ini ditandai dengan terbitnya (((Horison
(majalah sastra) pimpinan Mochtar Lubis.[3] Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan
ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra
dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik, arus kesadaran, arketip, dan
absurd. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam menerbitkan karya-karya
sastra pada masa ini. Sastrawan pada angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok
ini adalah Motinggo Busye, (Purnawan
Tjondronegoro, Djamil Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono
dan (Satyagraha Hoerip Soeprobo
dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Beberapa
satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin
C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad Rangkuti,
Putu Wijaya, Wisran Hadi, (Wing
Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lainnya.
Dari hasil penyusunan makalah penulis menemukan
beberapa kesimpulan mengenai pembahasan yang sudah di bahas. Karya sastra adalah
sebagai imajiner yang menawarkan berbagai permasalahan manusia dan realitas di lingkungannya.
Karya satra tidak lepas dari perang seorang pengarang. Pencipta sastra merupakan
bagian dari masyarakat yang dengan sengaja atau tidak mencurahkan masalah kehidupan
pribadi dan masyarakat sebagai objek dengan di bumbui dengan segala imajinasi agar
menjadi sebuah karya yang bermakna. Pengarang menghayati semua hasil karya yang
di buatnya agar bisa di nikmati oleh semua kalangan yang ada di indonesia. Sastra
di indonesia sudah ada sejak zaman dulu sekali bahkan pada zaman purba di mana manusia-manusia
purba mulai menggambar dan menulis semua di dalam gua-gua, sehingga menghasilkan
karya-karya sastra.
Ahmad Arif
Kurniawan (201810080311040)
Siti Nur Jannah (201810080311041)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar